About Me

Nama saya Dwi Indah N dan kebanyakan orang tidak tahu kepanjangan dari huruf N dibelakang nama saya itu. Saya pribadi sih, memang jarang menuliskannya dan lebih memilih untuk menuliskan satu huruf saja atau biasanya saya jadi men-display-nya dengan D Indah Nurma. Bukan apa-apa hanya saja saya tidak ingin orang lain salah menuliskan nama belakang saya yang cukup panjang itu. Orang rumah, tetangga, dan kawan dekat saya memanggil nama kecil saya "Iin". FYI, saya bahkan baru tahu nama asli saya itu waktu saya kelas 1 SD, karena selama ini saya dipanggil dengan nama kecil dan "Xiao Qing".
Tepatnya saya lahir 30 Oktober 1991 di kota metropolitan yang masih berupa perdesaan. Saat penduduk kota saya ini masih belum 3 juta jiwa seperti standar penyebutan kota metropolitan. Bisa dibilang saksi hidup morfologi Kota Surabaya terutama tempat saya yang notabene masih banyak sawah. Jalan depan rumah saya yang kecil dan dari tanah, biasanya sapi penarik gerobak dan kendaraan bermotor sangat jarang sekali lewat sampai sekarang jadi jalan arteri penghubung Surabaya dan Pulau Madura. Rumah saya yang bagaikan hutan dengan banyak binatang ternak di dalamnya. Sungguh andaikan berandai-andai itu boleh, andaikan dulu punya kamera maka saya akan bangga menunjukkannya. Dalam kurun waktu 20 tahun semuanya seperti sulap, 300% berbedaaa.
Seperti yang dijelaskan nama depan saya, menjadi adik dari seorang yang memiliki nama seperti sebuah negara "Saudi" ah dia abang saya yang paling saya cintai. Saya tidak punya adik, jadi nampaklah Ayah dan Ibu saya seperti apa yang dikatakan program KB.

Saya pernah mengenyam pendidikan TK, SD, dan SMP di instansi yang sama dengan abang saya. TK dan SD yang bernuansa Islam kemudian saat SMP saya memang jauh-jauh tahun memutuskan untuk tidak mau bersekolah di sekolah negeri tapi sekolah yang bernuansa Islam. Alasannya tidak lain karena saya takut di usia yang menginjak remaja itu menjadi salah langkah dalam bergaul. Akhirnya, ustadz saya berhasil membuat saya benar-benar mengagumi Al-Quran dengan pelajaran tambahan bahasa Arab di luar jam belajar.
Berbeda saat SMA, saya ingin mencoba bersekolah di sekolah negeri. Tapi hasilnya saya menarik diri dari pergaulan, hanya beberapa saja sahabat saya. Di saat yang lain suka pergi ke bioskop dan nongkrong di taman-taman kota saya hanya sesekali mencoba pergi ke mall, itu pun untuk mencari buku. Ah yasudahlah, yang penting persabatan dengan mereka tetap lengket sampai sekarang. Meski begitu saya tahu bahwa guru-guru saya adalah manusia yang tulus membagikan ilmunya pada  kami. Keseharian saya saat itu adalah sekolah, pulang, ke ITS, lalu pulang. Semuanya saya lakukan demi Ayah. Sosok lelaki pejuang tangguh yang saya kenal pertama kali.
Setelah masa-masa SMA yang disambi les privat mendatangi mahasiswa-mahasiswa dan dosen di ITS, tibalah saya berjuang agar diterima di ITS. FYI, ayah saya tidak membolehkan saya mengikuti jalur-jalur masuk yang lain dan tidak mengizinkan saya belajar di universitas yang saya inginkan. Ah, yasudahlah apa salahnya menuruti keinginan ayah, tidak ada yang tau kapan lagi saya bisa berbakti. Gugup? Pastinya, namun kemudian ayah meyakinkan saya bahwa saya bisa. Hingga akhirnya saya diterima di jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota.
Masa kuliah yang menjadi titik balik. Saya yang membatasi gerak kemudian setelah awal tahun 2011 tepatnya setelah pergi ke Jogja bersama sahabat-sahabat, saya jadi terbiasa pergi jauh sendiri atau berdua tanpa tau akan menginap dimana. Haha.. yasudahlah. Semakin bepergian semakin tinggi pemaknaan terhadap pertanyaan mengapa pada Tuhan. Semakin bersyukur dilahirkan dalam Islam dan semakin bersyukur para Nabi menemani saat-saat perenungan, semakin mendapat pembuktian secara langsung apa yang difirmankan Allah dalam Al-Quran. Sampai tahun ini saya masih berkuliah, dan Insya Allah akan lulus September tahun 2014, do'akan ya!
Saya dan ayah saya, bagaikan kopian. Secara fisik saya seperti ibu saya, hanya saja tidak se-Cina ibu saya. Tapi Ibu saya bukan Cina, mungkin hanya mirip. Lain kali akan saya ceritakan di postingan tentang sosok inspiratif saya. Watak keras dan tidak bisanya saya kalau tidak ngetrip itu 100% diturunkan dari ayah saya. Tapi soal kelembutan hati, boleh percaya boleh tidak saya dapatkan dari ibu saya.
Terbuka untuk teman-teman sekalian yang ingin berdiskusi dengan saya tentang ke-Planologi-an dan soal trip apalagi yang ingin mengajak saya untuk ngetrip. Langsung saja hubungi via media sosial di blog saya ini.

No comments:

Post a Comment